Anak Autis: Janin beresiko autis


Hamil adalah sesuatu yang sangat indah bagi seorang wanita , tapi hamil dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat tentu akan menjadi masalah mulai dari biaya hingga jaminan kesehatan sang ibu termasuk kesehatan dan keselamatan janin yang bisa dimungkinan terkena autis. Anda sebaiknya membaca artikel mengenal dan menangani anak autis ini agar anda memiliki wawasan luas mengenai autis sehingga bisa lebih menjaga diri terutama ketika hamil karena anda wajib melindungi janin anda.

Sebaiknya rencanakan waktu kehamilan Anda dengan baik-baik, karena peneliti menemukan bahwa wanita yang hamil lagi dalam waktu kurang dari 1 tahun setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko bayinya mengalami autisme.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang dikandung oleh ibu yang baru saja melahirkan dengan jarak kurang dari 1 tahun bisa tiga kali lebih mungkin mengalami gangguan perkembangan.

Anak Autis: Pengobatan semprot hormon oxytocin


Saat ini , para ilmuwan terus menerus berjuang untuk anak autis! Mereka terus menerus menciptakan terobosan baru untuk pendeteksian awal dan pengobatan praktis bagi anak autis. Dan salah satunya adalah sebuah semprotan hidung yang mengandung hormon oxytocin diciptakan khusus oleh peneliti untuk membantu penderita autis agar bisa lebih bersosialisasi.

Peneliti melakukan studi terhadap 13 orang autis, baik yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi maupun rendah. Partisipan yang menghirup spray (semprotan) itu dilaporkan lebih bisa berinteraksi dengan lainnya daripada partisipan yang tidak menghirup spray.

Penderita autis memang diketahui kesulitan dalam berkomunikasi, khususnya melakukan kontak mata. Tapi dengan menambahkan hormon oxytocin pada tubuhnya, hal itu bisa diatasi. Oxytocin diketahui sebagai kunci untuk meningkatkan sikap sosialisasi dan pengertian.

"Penambahan hormon oxytocin membuat penderita autis tingkat tinggi sekalipun, bisa merespons orang lain dan menunjukkan perilaku yang lebih bersosialisasi," kata Elissar Andari dari the Institutes des Science Cognitive seperti dilansir Telegraph.

Anak Autis: Deteksi awal dengan test urine


Menangani anak autis lebih baik dimulai sejak usia dini , agar terbentuknya pelatihan berkomunikasi bisa dimulai sejak awal sehingga lebih mudah. Mendeteksi anak autis tidaklah gampang. Si anak harus melewati tes psikologis yang panjang mulai dari interaksi sosial, komunikasi, uji keterampilan hingga tes fisik.

Tapi tak lama lagi, deteksi anak autis bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dengan hanya menguji beberapa tetes air seni seperti layaknya tes kehamilan.

Ilmuwan kini tengah menyempurnakan penggunaan tes urine untuk deteksi anak autis yang diharapkan sudah bisa diterapkan penggunaannya secara luas pada tahun 2015. Dari tes ini bisa diketahui 'ya' atau 'tidak' anak terkena autis.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Imperial College London dan University of South Australia ini, adalah terobosan baru yang sangat membantu penegakkan diagnosis autis dengan cara yang mudah.

Anak Autis: Dari tahun ke tahun semakin meningkat


Dibandingkan 10 tahun yang lalu maka fenomena anak autis jauh berbeda dengan sekarang. Dulu ketika kita melihat anak autis , seakan-akan hal yang asing dan aneh namun kini kondisi tersebut menjadi umum karena memang trend peristiwa anak terkena autis semakin menaik. Kenaikan jumlah angka penderita autis sungguh mencengangkan. Bagaimana tidak, rasio anak yang terkena autis semakin banyak dengan perbandingan 1 dari 100 anak terdiagnosa positif autis.

Jika anda ingin memahami lebih detail tentang autis , silahkan klik link ini Autis - Pengertian , Ciri dan penanganannya. Artikel tsb bisa anda gunakan sebagai informasi dasar mengenai dunia anak autis , mengingat rasio anak terkena autis 1:100 maka sudah sewajarnya jika autis menjadi suatu hal yang wajib dipahami oleh orang tua yang baru memiliki anak/bayi.

Berdasarkan laporan berita dari Institute Nasional Kesehatan Mental dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, didapatkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup besar dalam jumlah anak yang didiagnosis mengalami autis.

Anak Autis: Merkuri dalam vaksin biang autis?


Benarkah merkuri dalam vaksin adalah tersangka terjadinya autis pada anak? Hal ini sudah terlanjur menjadi pemahaman banyak orang sehingga tak jarang ditemui seorang ibu yang tidak memperkenankan anaknya mendapatkan vaksin. Sebelum anda ikutan memvonish sebaiknya anda memahami lebih mendalam apa itu autis... silahkan baca disini Deskripsi autis dan gejala-gejalanya.

Beberapa vaksin untuk anak-anak diketahui mengandung thimerosal yang diduga dapat menyebabkan autis. Tapi studi terbaru menunjukkan bahwa thimerosal tidak terbukti meningkatkan risiko autis.

Thimerosal adalah salah satu bahan pengawet yang berbasis merkuri dan sampai saat ini masih banyak ditemukan dalam vaksin. Dan studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar thimerosal melalui vaksin atau ibunya menerima vaksin saat hamil tidak mengembangkan autisme.

"Penelitian ini seharusnya dapat meyakinkan orangtua untuk tetap mengikuti jadwal imunisasi yang sudah direkomendasikan," ujar Dr Frank Destefano, direktur Immunization Safety Office, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, seperti dikutip dari Reuters.

Anak Autis: Orang tua anak autis


Memilki anak autis adalah hal yang tidak mudah bagi orang tua. Orangtua yang punya anak autis sering dibayangi terus menerus oleh pertanyaan 'Kenapa harus anak saya?' , 'Apa dosa saya?'. Meski banyak kemungkinan seorang anak terkena autis, tapi banyak orang tua yang tidak terima anaknya menderita autis. Beberapa orang tua terus mencari tahu jawaban pertanyaan tersebut dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, tapi mereka tetap tidak terima anaknya terkena autis.

Sangat wajar dan manusiawi jika seseorang ingin tahu kenapa sesuatu hal bisa terjadi. Tapi kebanyakan bertanya pada diri sendiri apalagi menyalahkan diri sendiri bisa membuat seseorang depresi. Terus-terusan mencari tahu dan melihat ke belakang , mulai menyalahkan dirinya sendiri, jangan-jangan kebiasaannya saat hamil adalah penyebabnya. Padahal tidak ada bukti kuat yang menunjukkannya.

Orang tua seharusnya bisa menerima anak yang telah dilahirkan ke dunia apapun kondisinya tanpa perlu memaksakan diri untuk tahu penyebab pastinya.Banyak orang tua yang terbangun tengah malam dan terus mencari tahu jawaban untuk teka-teki yang sebenarnya tidak perlu mereka cari tahu. Cukup menerimanya dengan lapang dada bisa menghilangkan pertanyaan yang terus menghantui tersebut. Orang tua yang ingin mengetahui secara detail apa itu autis? silahkan baca artikel ini Pengertian Anak Autis.

Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat. Sampai saat ini belum ada satu penyebab yang pasti mengakibatkan anak autis. Namun faktor genetik, lingkungan yang terpapar merkuri atau logam berat, pestisida atau antibiotik yang berlebihan diduga sebagai penyebabnya.

Anak Autis: Autis dan Epilepsi


Autis dan epilepsi adalah 2 permasalahan yang pelik bagi orang tua yang anaknya mengidap salah satunya atau malah kedua-duana. Salah satu keadaan yang sering dihubungkan dengan autisme adalah epilepsi. Penyandang autisme memiliki risiko lebih besar untuk mengalami epilepsi dibandingkan dengan anak yang tidak autisme.

Keterlibatan gangguan otak pada autisme telah dibuktikan dengan pemeriksaan terhadap anatomi dan struktur otak, pemeriksaan terhadap bahan kimia di otak dan berbagai pemeriksaan pencitraan (imaging). Namun tak ada satupun yang dianggap sebagai penyebab pasti dari autisme. Lalu benarkah autis berkaitan dengan epilepsi? Sebelum anda melanjutkan bacaan artikel ini , ada baiknya anda membaca artikel kami tentang definisi autis dan pengobatannya.

Perlu diketahui bahwa berdasarkan data statistik , sebanyak 40 persen anak penyandang autisme juga mengalami epilepsi, sedangkan risiko pada anak bukan autisme hanya sekitar 1-2 persen saja. Sebaliknya anak yang mengalami epilepsi tertentu sering disertai dengan gejala autisme.

Terapi Autis: Berkomunikasi dengan hewan peliharaan


Anak autis tidak selamanya apatis dalam hal berkomunikasi karena bagaimanapun keunikan mereka dalam berkomunikasi tetaplah ada seperti keunikan mereka berkomunikasi dengan binatang. Memelihara binatang peliharaan di rumah selain sebagai hobi juga memiliki manfaat lain, salah satunya adalah sebagai terapi bagi anak autis. Terapi ini dilakukan oleh bocah penderita autis berusia 11 tahun bernama Milo yang melakukannya bersama anjingnya bernama Chad.

Hubungan yang terjadi antara manusia dengan binatang peliharaannya memang memiliki efek yang langsung, meskipun efek ini belum bisa dijelaskan melalui penelitian ilmiah. Tapi hubungan yang terjalin antara Milo dan Chad melampaui hubungan yang secara umum terjadi.... meski sang anak adalah autis dan teman berinteraksinya adalah binatang namun justru mampu membangun komunikasi didalam batas kemampuan komunikasi di kedua belah pihak. Silahkan anda pahami artikel ini "Dunia anak autis" untuk mencerna bagaimana autis itu dan hal-hal yang berkaitan dengan autisme.

"Dalam seminggu saya melihat perubahan yang sangat besar pada dirinya, setelah sebulan dia menjadi lebih tenang serta bisa berkonsentrasi dan berkomunikasi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Nyonya Vaccaro yang merupakan ibu dari Milo, seperti dikutip dari New York Times.

Anak Autis: Syaraf dan otak anak autis.


Mungkin sepintas kita melihat anak autis adalah anak yang tidak memiliki kemampuan nalar dan pelogikaan yang sangat lemah, namun apakah benar demikian hakekatnya? Hal ini adalah persepsi salah yang sering berkembang dimasyrakat termasuk orang tua dari anak autis itu sendiri sehingga mereka malah mensia-siakan apa yang ada pada anak autis tersebut karena dianggap diluar kewajaran. Meski memiliki gangguan dalam komunikasi, perkembangan mental dan sosial anak autis mempunyai banyak kelebihan. Anak autis memiliki bobot otak yang lebih besar dan jumlah sel saraf otak prefrontal 67 persen lebih banyak daripada anak-anak normal.

Itulah yang membuat anak autis banyak yang cerdas di atas rata-rata meskipun mengalami gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya masalah pada interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, serta ketertarikan dan perilaku yang terbatas.

Anak-anak autis diketahui memiliki gangguan saraf, termasuk di daerah korteks prefrontal yang berperan dalam komunikasi, perkembangan mental, dan sosial. Untuk lebih detail mengenai anak autis , silahkan anda baca disini.

Anak Autis: Benarkah jarang menguap adalah tanda autis?


Menguap adalah kondisi otak yang kekurangan oksigen , sehingga otak memerintahkan tubuh untuk menarik udara dalam jumlah lebih banyak. Dan tanpa disadari, seringkali saat melihat orang lain menguap akan ikut-ikutan menguap, karena menguap memang dapat menular. Jika anda memiliki anda yang sangat jarang menanggapi respons menguap orang lain, bisa jadi anak tersebut mengalami autisme. Anda bisa memahami lebih dalam tentang dunia anak autis dengan membaca artikel berikut ini , Anak autis dan serba-serbinya.

Menguap adalah tindakan refleks yang terjadi pada semua orang, biasanya dilakukan untuk menghirup udara dalam jumlah banyak dan diikuti dengan pernapasan. Menguap itu menular karena dipicu oleh mekanisme empatik yang berfungsi untuk menjaga kewaspadaan kelompok. Karenanya, menguap adalah tanda empati. Selain itu, penyebab lain menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons system), yaitu neuron yang terletak di bagian depan setiap belahan otak vertebrata tertentu.

Dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Child Development menemukan bahwa anak dengan autisme ringan akan lebih sering menanggapi respons menguap ketimbang anak dengan autisme parah. Artinya, menguap bisa menjadi suatu pertanda anak tidak menanggapi respons sosial yang terjadi di sekitarnya. Menurut peneliti, respons terhadap menguap yang menular terjadi secara signifikan dimulai pada usia 4 tahun.

Para pakar mengatakan hasil ini menambahkan pemahaman tentang autisme. Meski temuan ini belum bisa diaplikasilan secara praktis, tapi para pakar percaya bahwa ketidakmampuan menanggapi sesuatu yang sederhana seperti menguap, bisa menjadi pertanda adanya gangguan autis pada anak.

"Bila kesadaran sosial berkurang atau semakin parah, maka dapat mempengaruhi suatu respons neurologis menular seperti menguap," tutur Susan Wilczynski, direktur eksekutif National Autism Center di Randolph, Massachusetts, seperti dilansir dari ABC News.

Peneliti utama Molly Helt, seorang calon doktor di University of Connecticut, memutuskan untuk fokus pada penularan menguap setelah menemukan bahwa anak-anak dengan autisme tidak menanggapi ketika ia mencoba untuk membuatnya menguap.

Ahli autisme lain juga setuju dan menambahkan bahwa pemahaman respons terhadap isyarat-isyarat tertentu, seperti menguap, penting untuk memahami aspek kunci di balik autisme.

Nah , ayah bunda... amati buah hati anda sekarang. Bagaimana reaksi anak terhadap orang menguap? Hal ini bisa anda lakukan dengan tes kecil dengan memperlihatkan video orang menguap dan liat bagaimana reaksi dirinya.... jika lebih sering terempati dengan melakukan hal yang sama maka berbahagialah karena hal tsb meminimalisir kemungkinan terkena autis.

Anak Autis: Vaksin Campak dan Autis


Saat ini banyak beredar informasi bahwa vaksin buat anak hakekatnya adalah sama dengan memasukkan biang penyakit ke dalam tubuhnya dengan demikian secara bergenerasi sel-sel tubuh manusia mengalami mutasi ke arah yang rentan bahkan dianggap bahwa penurunan ketahanan tubuh dan munculnya banyak penyakit baru adalah akibat buruk dari vaksin dan salah satunya adalah autis. Banyak orangtua takut melakukan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) atau campak, gondongan dan rubela pada anak karena khawatir anaknya menderita autis. Kini sebuah studi baru memberikan bukti lebih lanjut bahwa vaksin MMR tidak berhubungan dengan risiko autis.

Bicara tentang autis ada baiknya jika anda membaca terlebih dahulu apa itu autis baik dari segi pengertian autis , gejala , ciri-ciri dan penanganannya di artikel ini ... "Pengertian dan penanganan anak autis". Dengan demikian untuk memahami keterkaitan antara autis dan vaksin di artikel ini bisa lebih nyambung dan mudah dipahami.

Vaksin MMR adalah vaksin yang diberikan pada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubela. Imunisasi ini biasanya diberikan pada anak usia di atas 1 tahun.

Anak Autis: "Autis" bukan idiom lawakan


Memiliki anak autis adalah permasalahan berat dan orang-orang yang tidak hidup dengan anggota keluarga yang autis sudah seharusnya memberikan empati kepada mereka. Dan salah satu bentuk empati yang tepat adalah penggunaan kata "Autis" pada tempatnya sebab banyak yang menggunakan istilah 'autis' dalam pergaulan untuk mengolok-olok, mengejek, melecehkan atau memojokkan teman yang dianggap tidak gaul atau kurang tanggap. Hal ini sangatlah menyedihkan bagi para penyandang autis dan tentunya sangat menyakiti hati orang tua mereka. Stop jadikan istilah 'autis' sebagai guyonan.

Untuk memahami hal ikhwal tentang autis , silahkan baca artikel ini "Anak autis: Gejala dan ciri Anak autis"... artikel tersebut menjelaskan secara detail dan menyeluruh tentang autis , mulai dari pengertian anak autis , ciri-ciri dan gejala serta penanganan dan terapi termasuk pendeteksian dininya.

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks, yang membutuhkan pemahaman dan perhatian yang serius dari semua pihak, baik orangtua, para ahli dari berbagai disiplin ilmu, pemerintah maupun masyarakat luas, agar individu autis dapat berkembang lebih optimal.

Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.

Anak Autis: Bagaimana cara menangani Anak Autis?


Siapa orang tua yang berharap anaknya hidup dengan autis? Tentu , tidak ada satu orang tua pun yang menginginkan anaknya terlahir sebagai anak autis. Namun ketika hal itu benar-benar menimpa mereka, tidak ada sikap yang lebih baik lagi selain menerima keadaan mereka apa adanya. Ya , tidak ada!! Kita harus mencintai mereka seumur hidup kita , kita harus membawa mereka ke titik kehidupan yang paling baik dalam kehidupan mereka.

Pengetahuan tentang anak autis , adalah hal mutlak yang wajib dipahami oleh para orang tua dan anda bisa membacanya disini... dunia anak autis. Para orang tua perlu memahami bahwa autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Autis bukanlah suatu penyakit, tapi gejala.... dan hal ini yang sering disalah pahami.

Saat ini, banyak orang tua yang khawatir ancaman autis bakal menimpa anaknya. Mereka mulai panik ketika bayi mereka tidak bereaksi keika dipanggil, sering menangis, tidak ada eye contact, tidak tersenyum dan kadang terpukau dengan suatu benda.

Cara menangani anak autis

Anak Autis: Bayi prematur beresiko autis?


Bagaimanapun yang namanya bayi prematur sudah barang tentu memiliki resiko terhadap kesehatan yang sangat tinggi. Karena ketidaksempurnaan kelahiran dari segi waktu tentunya akan membawa akibat buruk pada bayi yang bisa jadi belum mengalami penyempurnaan pembentukan organ tubuh. Sehingga tak jarang kita temui bayi-bayi prematur yang lahir dengan cacat bawaan tidak saja cacat bawaan fisik namun juga cacat bawaan dalam penyakit dalam atau disfungsional organ. Meski tidak semua tapi porsi kemungkinan terjadi "masalah setelah lahir" memiliki porsi yang cukup besar dan salah satunya adalah autis.

Benarkah bayi prematur beresiko autis? Mari kita cermati hasil penelitian berikut ini namun sebelumnya silahkan membaca artikel "Semua tentang autis" ini agar anda mendapatkan informasi lebih banyak sehingga mudah memahami hasil penelitian yang ada di artikel ini. Bayi yang lahir lebih awal dan memiliki tubuh yang kecil alias prematur berisiko lima kali lebih mungkin menjadi autis dibandingkan bayi normal. Sampai saat ini, bayi prematur memang diketahui berisiko terserang sejumlah gangguan kesehatan.

Anak Autis: Deteksi dini via suara


Tahukah anda bahwa kini jumlah anak autis semakin meningkat. Tidak hanya di indonesia namun juga di luar negeri. Autis menjadi permasalahan seluruh negara-negara sehingga kini semakin banyak penginformasian tentang autis maupun pengobatan dan cara-cara pendeteksian gejala anak dengan autis. Jika dulu autis hanya bisa dideteksi melalui tingkat laku dan juga tes urin, kini autis pada anak bisa dideteksi melalui suara.

Sebuat penelitian menemukan autisme bisa terdeteksi pada anak dengan cara menganalisa suaranya. Balita yang mengalami gangguan dalam perkembangan pengucapan kata-kata sehingga berbeda dengan anak-anak sehat lainnya, akan dianalisis dengan menggunakan sistem analisis suara otomatis yang diciptakan oleh para peneliti.

Perangkat deteksi suara ini disebut dengan LENA (Language Environment Analysis). Alat ini dapat menyeleksi adanya gangguan spektrum autis (autism spectrum disorder/ASD) yang menjadi intervensi awal yang penting.

Anak Autis: Diet dan Autis


Benarkah diet memiliki pengaruh bagi autis? Bagaimana orang-orang menilai bahwa diet bisa memiliki keterkaitan dengan autis. Silahkan simak artikel berikut ini namun untuk memahami autis secara lebih gamblang dan panjang lebar serta mendetail silahkan klik artikel berikut ini "Anak Autis : Pengertian Anak autis dan penanganan anak autis".

Selama ini anak autis sering dikaitkan dengan masalah pencernaan. Anak autis sering dibilang punya usus bocor atau disebut sindrom 'leaky gut' atau 'autistic enterocolitis'. Namun kini peneliti mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Diet bebas gluten atau kasein pun tidak akan membantu anak autis.

Dalam laporan baru-baru ini yang dimunculkan dalam Journal Pediatrics, peneliti membantah bahwa anak autis lebih banyak mengalami masalah pencernaan dibanding anak normal. Peneliti juga menyebutkan, diet khusus seperti diet bebas gluten atau kasein tidak akan membantu anak autis.

Diet khusus pada anak autis dianggap bisa meringankan gejala anak autis. Setidaknya 1 dari 5 anak autis melakukan diet khusus seperti menghindari makanan yang mengandung gluten (protein dalam terigu) atau kasein (protein yang terdapat dalam susu).

Anak Autis: Fakta-fakta tersembunyi - Permasalahan Autisme di Indonesia


Tahukah anda bahwa angka autisme di Indonesia meningkat tajam? Namun permasalahan ini terus menjadi sesuatu hal ang sangat rumit dan terus menjadi dilema bagi penyandang dan keluargnya. Dan yang perlu dipahami adalah bahwa anak-anak dengan gejala autis sudah ada sejak zaman dahulu, tapi tak sedikit dari anak-anak ini yang mendapatkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Lalu , bagaimana dan apa sajakah permasalahan yang timbul berkaitan dengan masalah autisme di Indonesia?

Anak-anak yang memiliki gejala autisme sudah ada di Indonesia sekitar tahun 1990. Awalnya penyakit ini sering dikira hanya penyakit orang kaya saja, padahal semua orang dari berbagai ras, ekonomi sosial dan tingkatan pendidikan bisa terkena autisme.

Hambatan yang terbesar berkaitan dengan autis adalah penanganan dan peran serta pemerintah yang terasa kurang meski sekarang kesadaran masyarakat terhitung tinggi namun semua itu tidak cukup mengingat autis adalah hal yang pelik dan menyangkut banyak aspek dan memiliki jangkauan waktu yang panjang dalam penanganannya.

Anda bisa mempelajari seluk beluk autisme disini ( Anak autis : Serba serbi anak autis ). Dan berikut kami tim bacaankesehatan.blogspot.com mensajikan fakta-fakta tersembunyi tentang autisme yang perlu dipahami bersama, yaitu:

Diare: Pengertian - Penyebab - Gejala - Pencegahan dan Pengobatan

Anak kecil sangat mudah terkena diare , karena masih lemahnya organ pencernaan mereka sehingga untuk mengolah makanan yang melebihi ukuran mereka maka akan mudah terjadi gangguan diare. Diare sangat mudah muncul di tempat-tempat yang kurang higienis yang menulari sumber penyakit diare melalui makanan oleh sebab itu sudah sepatutnya makanan dan kehigienisan tempat serta lingkungan menjadi perhatian utama para orang tua agar sang anak terhindar dari penderitaan diare.

Pengertian Diare
Penyakit Diare biasa disebut dengan kata "mencret" atau diarrhea dalam bahasa inggris,  Diare adalah sebuah gangguan pada pencernaan di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair dan terjadi dalam 24 jam sedikitnya 3-7 kali.

Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.

Diare akut
Diare Akut adalah Diare yang terjadi sampai dengan 7 hari, kemudian diare berlanjut atau berlangsung hingga 8-14 hari dan dikatakan sebagai Diare Kronis jika terjadi lebih dari dua minggu, di Indonesia lebih banyak diare akut dibandingkan diare kronis yang menyerang penderitanya.