Anak Autis: Merkuri dalam vaksin biang autis?


Benarkah merkuri dalam vaksin adalah tersangka terjadinya autis pada anak? Hal ini sudah terlanjur menjadi pemahaman banyak orang sehingga tak jarang ditemui seorang ibu yang tidak memperkenankan anaknya mendapatkan vaksin. Sebelum anda ikutan memvonish sebaiknya anda memahami lebih mendalam apa itu autis... silahkan baca disini Deskripsi autis dan gejala-gejalanya.

Beberapa vaksin untuk anak-anak diketahui mengandung thimerosal yang diduga dapat menyebabkan autis. Tapi studi terbaru menunjukkan bahwa thimerosal tidak terbukti meningkatkan risiko autis.

Thimerosal adalah salah satu bahan pengawet yang berbasis merkuri dan sampai saat ini masih banyak ditemukan dalam vaksin. Dan studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar thimerosal melalui vaksin atau ibunya menerima vaksin saat hamil tidak mengembangkan autisme.

"Penelitian ini seharusnya dapat meyakinkan orangtua untuk tetap mengikuti jadwal imunisasi yang sudah direkomendasikan," ujar Dr Frank Destefano, direktur Immunization Safety Office, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, seperti dikutip dari Reuters.

Anak Autis: Orang tua anak autis


Memilki anak autis adalah hal yang tidak mudah bagi orang tua. Orangtua yang punya anak autis sering dibayangi terus menerus oleh pertanyaan 'Kenapa harus anak saya?' , 'Apa dosa saya?'. Meski banyak kemungkinan seorang anak terkena autis, tapi banyak orang tua yang tidak terima anaknya menderita autis. Beberapa orang tua terus mencari tahu jawaban pertanyaan tersebut dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, tapi mereka tetap tidak terima anaknya terkena autis.

Sangat wajar dan manusiawi jika seseorang ingin tahu kenapa sesuatu hal bisa terjadi. Tapi kebanyakan bertanya pada diri sendiri apalagi menyalahkan diri sendiri bisa membuat seseorang depresi. Terus-terusan mencari tahu dan melihat ke belakang , mulai menyalahkan dirinya sendiri, jangan-jangan kebiasaannya saat hamil adalah penyebabnya. Padahal tidak ada bukti kuat yang menunjukkannya.

Orang tua seharusnya bisa menerima anak yang telah dilahirkan ke dunia apapun kondisinya tanpa perlu memaksakan diri untuk tahu penyebab pastinya.Banyak orang tua yang terbangun tengah malam dan terus mencari tahu jawaban untuk teka-teki yang sebenarnya tidak perlu mereka cari tahu. Cukup menerimanya dengan lapang dada bisa menghilangkan pertanyaan yang terus menghantui tersebut. Orang tua yang ingin mengetahui secara detail apa itu autis? silahkan baca artikel ini Pengertian Anak Autis.

Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat. Sampai saat ini belum ada satu penyebab yang pasti mengakibatkan anak autis. Namun faktor genetik, lingkungan yang terpapar merkuri atau logam berat, pestisida atau antibiotik yang berlebihan diduga sebagai penyebabnya.

Anak Autis: Autis dan Epilepsi


Autis dan epilepsi adalah 2 permasalahan yang pelik bagi orang tua yang anaknya mengidap salah satunya atau malah kedua-duana. Salah satu keadaan yang sering dihubungkan dengan autisme adalah epilepsi. Penyandang autisme memiliki risiko lebih besar untuk mengalami epilepsi dibandingkan dengan anak yang tidak autisme.

Keterlibatan gangguan otak pada autisme telah dibuktikan dengan pemeriksaan terhadap anatomi dan struktur otak, pemeriksaan terhadap bahan kimia di otak dan berbagai pemeriksaan pencitraan (imaging). Namun tak ada satupun yang dianggap sebagai penyebab pasti dari autisme. Lalu benarkah autis berkaitan dengan epilepsi? Sebelum anda melanjutkan bacaan artikel ini , ada baiknya anda membaca artikel kami tentang definisi autis dan pengobatannya.

Perlu diketahui bahwa berdasarkan data statistik , sebanyak 40 persen anak penyandang autisme juga mengalami epilepsi, sedangkan risiko pada anak bukan autisme hanya sekitar 1-2 persen saja. Sebaliknya anak yang mengalami epilepsi tertentu sering disertai dengan gejala autisme.

Terapi Autis: Berkomunikasi dengan hewan peliharaan


Anak autis tidak selamanya apatis dalam hal berkomunikasi karena bagaimanapun keunikan mereka dalam berkomunikasi tetaplah ada seperti keunikan mereka berkomunikasi dengan binatang. Memelihara binatang peliharaan di rumah selain sebagai hobi juga memiliki manfaat lain, salah satunya adalah sebagai terapi bagi anak autis. Terapi ini dilakukan oleh bocah penderita autis berusia 11 tahun bernama Milo yang melakukannya bersama anjingnya bernama Chad.

Hubungan yang terjadi antara manusia dengan binatang peliharaannya memang memiliki efek yang langsung, meskipun efek ini belum bisa dijelaskan melalui penelitian ilmiah. Tapi hubungan yang terjalin antara Milo dan Chad melampaui hubungan yang secara umum terjadi.... meski sang anak adalah autis dan teman berinteraksinya adalah binatang namun justru mampu membangun komunikasi didalam batas kemampuan komunikasi di kedua belah pihak. Silahkan anda pahami artikel ini "Dunia anak autis" untuk mencerna bagaimana autis itu dan hal-hal yang berkaitan dengan autisme.

"Dalam seminggu saya melihat perubahan yang sangat besar pada dirinya, setelah sebulan dia menjadi lebih tenang serta bisa berkonsentrasi dan berkomunikasi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Nyonya Vaccaro yang merupakan ibu dari Milo, seperti dikutip dari New York Times.

Anak Autis: Syaraf dan otak anak autis.


Mungkin sepintas kita melihat anak autis adalah anak yang tidak memiliki kemampuan nalar dan pelogikaan yang sangat lemah, namun apakah benar demikian hakekatnya? Hal ini adalah persepsi salah yang sering berkembang dimasyrakat termasuk orang tua dari anak autis itu sendiri sehingga mereka malah mensia-siakan apa yang ada pada anak autis tersebut karena dianggap diluar kewajaran. Meski memiliki gangguan dalam komunikasi, perkembangan mental dan sosial anak autis mempunyai banyak kelebihan. Anak autis memiliki bobot otak yang lebih besar dan jumlah sel saraf otak prefrontal 67 persen lebih banyak daripada anak-anak normal.

Itulah yang membuat anak autis banyak yang cerdas di atas rata-rata meskipun mengalami gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya masalah pada interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, serta ketertarikan dan perilaku yang terbatas.

Anak-anak autis diketahui memiliki gangguan saraf, termasuk di daerah korteks prefrontal yang berperan dalam komunikasi, perkembangan mental, dan sosial. Untuk lebih detail mengenai anak autis , silahkan anda baca disini.