Anak Autis: Orang tua anak autis


Memilki anak autis adalah hal yang tidak mudah bagi orang tua. Orangtua yang punya anak autis sering dibayangi terus menerus oleh pertanyaan 'Kenapa harus anak saya?' , 'Apa dosa saya?'. Meski banyak kemungkinan seorang anak terkena autis, tapi banyak orang tua yang tidak terima anaknya menderita autis. Beberapa orang tua terus mencari tahu jawaban pertanyaan tersebut dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, tapi mereka tetap tidak terima anaknya terkena autis.

Sangat wajar dan manusiawi jika seseorang ingin tahu kenapa sesuatu hal bisa terjadi. Tapi kebanyakan bertanya pada diri sendiri apalagi menyalahkan diri sendiri bisa membuat seseorang depresi. Terus-terusan mencari tahu dan melihat ke belakang , mulai menyalahkan dirinya sendiri, jangan-jangan kebiasaannya saat hamil adalah penyebabnya. Padahal tidak ada bukti kuat yang menunjukkannya.

Orang tua seharusnya bisa menerima anak yang telah dilahirkan ke dunia apapun kondisinya tanpa perlu memaksakan diri untuk tahu penyebab pastinya.Banyak orang tua yang terbangun tengah malam dan terus mencari tahu jawaban untuk teka-teki yang sebenarnya tidak perlu mereka cari tahu. Cukup menerimanya dengan lapang dada bisa menghilangkan pertanyaan yang terus menghantui tersebut. Orang tua yang ingin mengetahui secara detail apa itu autis? silahkan baca artikel ini Pengertian Anak Autis.

Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat. Sampai saat ini belum ada satu penyebab yang pasti mengakibatkan anak autis. Namun faktor genetik, lingkungan yang terpapar merkuri atau logam berat, pestisida atau antibiotik yang berlebihan diduga sebagai penyebabnya.



Sebenarnya beberapa tanda autis bisa dideteksi mulai dari bayi lahir hingga anak berumur lima tahunan. Deteksi dini bisa mengurangi beban mental dan mempercepat penanganan anak autis. Autis itu bukan penyakit yang menular, tapi banyak orangtua yang malu kalau punya anak autis, hingga akhirnya dititipkan di panti, keluarga yang lain atau bahkan ada yang dipasung.

Stigma 'malu punya anak autis' itu ada dari masyarakat sendiri. Sebetulnya stigma anak autis sangat berbeda dengan gangguan jiwa yang lain. Kebanyakan orangtua malu karena anak yang dilahirkannya tidak bisa berperan sama sekali. Apalagi dengan adanya autisme yang disertai retardasi (keterbelangkangan) mental yang kadang berperilaku mengganggu seperti ngiler, tantrum (teriak-teriak) atau marah.

Autisme memang tidak bisa ( mungkin masih bisa ) disembuhkan, tetapi bila dapat dideteksi dini autisme bisa ditangani hingga individu tersebut bisa terinteraksi layaknya orang lain yang normal, walaupun masih ada tanda-tanda autismenya. Bila diasuh dan ditanggani dengan baik, anak autis akan bisa berinteraksi layaknya orang normal, yang bersekolah, bekerja, mandiri dan bersosialisasi.

Yang menjadi masalah, kebanyakan orangtua tidak mengetahui atau kadang menganggap remeh gejala-gejala awal autisme, sehingga kebanyakan terlambat menanganinya. Yang terpenting kenali anak Anda. Kenali perkembangannya mulai dari bayi. Bayi usia 0-1 tahun itu sudah bisa kok dikenali ciri-ciri autisnya. Dan semakin cepat diketahui maka semakin baik hasil penanganannya.

Berikut ini beberapa gejala autis yang bisa dideteksi mulai dari bayi hingga tahun kelima pertumbuhan anak:

Baru lahir
Sejak bayi, anak autis biasanya tidak bisa merasakan atau merespons kehadiran orangtuanya. Ia tidak akan tertarik untuk melakukan kontak mata dan cenderung tertarik dengan objek yang bergerak. Bayi autis juga lebih banyak diam dan tidak menangis selama berjam-jam.

Tahun Pertama
Ada sejumlah kemampuan utama yang umumnya dicapai anak-anak dalam usia setahun antara lain berdiri dengan bantuan orangtua, merangkak, mengucapkan sebuah kata sederhana, menggerakkan tangan, tepuk tangan atau gerak sederhana lainnya.

Jika anak tidak dapat melakukan kemampuan ini, tidak berarti itu gejala autisme. Ia dapat saja mencapai kemampuan itu nanti. Namun tak ada salahnya untuk waspada dan segera periksakan jika anak tak mencapai satu pun kemampuan umum diatas.

Tahun Kedua
Gejala autisme terlihat lebih jelas jika anak tidak tertarik pada ibunya atau orang lain, jarang menatap atau tidak terjadi kontak mata, tidak menunjuk atau melihat pada objek yang diinginkan, tak dapat mengucapkan dua patah kata, kehilangan kata-kata yang sebelumnya ia kuasai, mengulang-ulang gerakan seperti menggoyangkan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan-belakang, tidak suka bermain, sering berjalan berjinjit.

Tahun Ketiga-Kelima
Gejala autisme setelah tahun kedua, semua yang terjadi pada tahun sebelumnya di atas dengan tambahan terobsesi oleh suatu objek tertentu seperti mainan atau game, sangat tertarik dengan suatu rutinitas, susunan atau keteraturan benda, sangat marah jika keteraturan atau susunan benda terganggu, sensitif terhadap suara keras yang sebenarnya tidak mengganggu anak lainnya dan sensitif terhadap sentuhan orang lain seperti tak suka dipeluk.

Jika bayi memiliki salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan ke dokter spesialis untuk meyakinkan kekhawatiran orangtua dan meringankan beban mental sedini mungkin.