Anak Autis: Syaraf dan otak anak autis.


Mungkin sepintas kita melihat anak autis adalah anak yang tidak memiliki kemampuan nalar dan pelogikaan yang sangat lemah, namun apakah benar demikian hakekatnya? Hal ini adalah persepsi salah yang sering berkembang dimasyrakat termasuk orang tua dari anak autis itu sendiri sehingga mereka malah mensia-siakan apa yang ada pada anak autis tersebut karena dianggap diluar kewajaran. Meski memiliki gangguan dalam komunikasi, perkembangan mental dan sosial anak autis mempunyai banyak kelebihan. Anak autis memiliki bobot otak yang lebih besar dan jumlah sel saraf otak prefrontal 67 persen lebih banyak daripada anak-anak normal.

Itulah yang membuat anak autis banyak yang cerdas di atas rata-rata meskipun mengalami gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya masalah pada interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, serta ketertarikan dan perilaku yang terbatas.

Anak-anak autis diketahui memiliki gangguan saraf, termasuk di daerah korteks prefrontal yang berperan dalam komunikasi, perkembangan mental, dan sosial. Untuk lebih detail mengenai anak autis , silahkan anda baca disini.


Tapi sebuah penelitian kecil menemukan bahwa anak laki-laki autis memiliki bobot otak yang lebih besar dan jumlah sel saraf otak prefrontal 67% lebih banyak daripada anak-anak normal. Penelitian ini membandingkan 7 anak autisme dengan 6 anak sehat berusia 2 hingga 16 tahun.

Pertumbuhan otak anak autisme tersebut melahirkan teori bahwa kelebihan jumlah sel saraf bisa jadi penyebab yang mendasari autisme. Namun penyebab pertumbuhan saraf yang berlebih tetap tidak diketahui dan hanya dapat diketahui dari penelitian langsung pada otak anak autis.

Eric Courchesne, PhD dan timnya dari NIH-UCSD School of Medicine Autism Center of Excellence, La Jolla, California, mencari tahu apakah kelebihan otak pada awal kehidupan anak autis juga melibatkan jumlah sel saraf korteks prefrontal yang abnormal.

Mereka melakukan evaluasi pengujian pada 13 anak laki-laki berusia 2 sampai 16 tahun. 7 di antaranya memiliki gangguan spektrum autisme dan 6 anak adalah anak sehat sebagai kelompok kontrol. Anak-anak tersebut telah meninggal pada tahun 2000 hingga 2006 dan berasal dari Amerika Serikat bagian tenggara dan timur.

Seperti laporan yang dimuat JAMA (Journal of American Medical Association), para ilmuwan menemukan bahwa:

  1. Di otak bagian dorsolateral korteks prefrontal, anak-anak autis memiliki sel saraf 79% lebih banyak
  2. Di otak bagian mesial korteks prefrontal, anak-anak autis memiliki sel saraf 29% lebih banyak
  3. Di otak bagian dorsolateral korteks prefrontal, rata-rata terdapat 1,57 miliar sel saraf pada anak autis, dibandingkan dengan 0.88 miliar pada anak lain
  4. Di otak bagian mesial korteks prefrontal, rata-rata terdapat 0.36 miliar sel saraf pada anak autis, dibandingkan dengan 0,28 miliar pada anak lain
  5. Perbedaan berat otak sebesar 17,6% bdi antara anak-anak dengan autisme, dibandingkan dengan 0,2% di antara mereka tanpa autisme


"Bersama-sama, 2 sub bagian otak memberikan jumlah gabungan sel saraf prafrontal 67 persen lebih besar pada anak-anak autis dibandingkan dengan kelompok kontrol," kata Courchesne seperti dilansirmedicalnewstoday.com.

Dalam sebuah editorial di jurnal yang sama, Janet E. Lainhart MD, dari University of Utah, Salt Lake City, dan Nicholas Lange, Sc.D., dari Universitas Harvard Sekolah Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Boston mengomentari bahwa bertambahnya berat dan jumlah sel saraf otak pada kelompok autis tidak signifikan berkorelasi. Alasannya adalah hal yang sama juga bisa dijumpai pada anak yang mengalami megalencephaly atau pembesaran otak yang tidak normal.

Yang perlu bunda dan ayah pahami adalah bahwa banyak orang besar yang terlahir dalam keadaan autis ketika masa kecilnya. Penelitian diatas menjelaskan bahwa anak autis memiliki bakat dan kemampuan terpendam yang butuh untuk dilatih dan dimaksimalkan melalui sentuhan kasih sayang orang tua.