Anak Autis: Vaksin Campak dan Autis


Saat ini banyak beredar informasi bahwa vaksin buat anak hakekatnya adalah sama dengan memasukkan biang penyakit ke dalam tubuhnya dengan demikian secara bergenerasi sel-sel tubuh manusia mengalami mutasi ke arah yang rentan bahkan dianggap bahwa penurunan ketahanan tubuh dan munculnya banyak penyakit baru adalah akibat buruk dari vaksin dan salah satunya adalah autis. Banyak orangtua takut melakukan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) atau campak, gondongan dan rubela pada anak karena khawatir anaknya menderita autis. Kini sebuah studi baru memberikan bukti lebih lanjut bahwa vaksin MMR tidak berhubungan dengan risiko autis.

Bicara tentang autis ada baiknya jika anda membaca terlebih dahulu apa itu autis baik dari segi pengertian autis , gejala , ciri-ciri dan penanganannya di artikel ini ... "Pengertian dan penanganan anak autis". Dengan demikian untuk memahami keterkaitan antara autis dan vaksin di artikel ini bisa lebih nyambung dan mudah dipahami.

Vaksin MMR adalah vaksin yang diberikan pada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubela. Imunisasi ini biasanya diberikan pada anak usia di atas 1 tahun.



Autis pertama kali dikaitkan dengan vaksin MMR pada satu dekade lalu oleh seorang dokter di Inggris bernama Andrew Wakefield. Wakefield mengambil kesimpulan itu berdasarkan penelitiannya terhadap 12 anak. Wakefield menduga ada kaitan antara vaksin MMR dengan penyakit usus dan autisme pada anak-anak.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebenarannya, dan sejumlah studi internasional telah gagal menemukan hubungan antara vaksin MMR dan autisme. Studi paling baru yang melibatkan 96 anak berusia 2-15 tahun yang telah didiagnosis autisme juga tidak menemukan kaitan vaksin MMR dengan autis.

Peneliti membandingkan setiap anak dengan dua anak yang sehat dan memiliki usia serta jenis kelamin yang sama. Beberapa anak telah menerima vaksin MMR, sementara anak lainnya tidak menerima vaksin sama sekali atau hanya menerima vaksin untuk melawan campak saja.

Hasilnya, peneliti menemukan anak-anak yang telah menerima vaksin MMR memiliki risiko yang lebih rendah terhadap autisme dibandingkan dengan anak yang tidak divaksin. Selain itu juga tidak ada bukti peningkatan risiko autis meskipun hanya divaksin untuk campak saja.

"Orangtua harus yakin bahwa vaksin MMR ini memang aman untuk anak. Kalau tidak divaksin jika si anak terkena penyakit campak, gondongan dan rubela dapat menimbulkan komplikasi yang serius," ujar Dr Dorota Mrozek-Budzyn dari Jagiellonian University di Krakow, Polandia, seperti dikutip dari Reuters.

Penyakit campak misalnya, dapat menimbulkan komplikasi seperti radang paru-paru atau radang otak. Diperkirakan 1 hingga 2 anak dari setiap 1.000 anak yang tertular virus ini meninggal. Penyakit gondongan bisa menyebabkan pembengkakan testis yang menyakitkan, radang otak dan dalam beberapa kasus mengakibatkan gangguan pendengaran.

Peneliti melihat anak yang telah menerima vaksin MMR memiliki risiko 83 persen lebih rendah terkena autis dibandingkan dengan anak yang tidak divaksin. Sedangkan jika hanya diberikan vaksin untuk campak saja, risikonya menurun sebesar 56 persen.

Studi ini memang tidak menjawab mengapa anak yang divaksin memiliki risiko lebih rendah terkena autis. Tapi Mrozek-Budzyn menuturkan bahwa anak yang terkena autis tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda autisme atau masalah kesehatan lainnya sebelum menerima vaksin MMR. Jadi, orangtua tak perlu takut untuk memberikan anaknya vaksin MMR.

So , ayah bunda masih takut? Jika masih takut silahkan konsultasikan ke dokter keluarga anda agar anda bisa mendapatkan pemahaman lebih jelas antara vaksin campak dan pengaruhnya terhadap autis.